Di bawah remang bulan yang pucat, aku duduk sendiri di tepi jendela, merenung dalam kerinduan yang mengalir seperti sungai yang tak pernah kering. Bulan, seperti hatiku yang tergantung di langit, menyinari kehampaan malam ini. Ada sesuatu dalam cahayanya yang membuatku terhanyut dalam kenangan yang sulit kutemukan kata-kata untuk menyatakannya. Setiap bulan memiliki cerita, begitu pula setiap rindu. Mereka menyatu dalam tarian tak terlihat, di mana langit bertindak sebagai panggung dan kita, pemimpi yang kehilangan arah. Bulan, seperti penjaga rahasia malam, menyaksikan segala perasaan yang tak terungkap, seolah-olah ia adalah saksi bisu dari setiap detik dalam kehampaan hati. Seiring angin malam yang berbisik, aku terus berbicara pada bulan. Aku bercerita tentang rindu yang terperangkap di dalam dada, merayapi setiap sudut jiwa seperti bayangan yang tak pernah hilang. Bulan, dengan kehadirannya yang teduh, memberikan tempat bagi setiap beban emosional yang terlalu berat untuk kubawa d...